Ada sesuatu yang menggelitik saya untuk menulis ini. Meski tidak secara pribadi, saya mengenal Iwan Fals sejak awal karirnya, ketika saya masih di SD. Saya bukan penggemar fanatiknya, tapi jika ditanya siapa penyanyi Indonesia favorit saya, jawabannya adalah: Iwan Fals.
Bicara soal Iwan Fals adalah bicara soal sosok yang belum ada duanya di dalam percaturan musik tanah air. Orang menyukainya bukan karena gemerlapnya gaya hidup, kegantengan, atau bahkan teknik vokalnya yang luar biasa. Sebaliknya, Iwan adalah seorang sosok yang sangat bersahaja (mekipun memang ganteng), apa adanya, dan bukan jebolan sekolah vokal mana pun. Ia mengawali karirnya benar-benar dari bawah.
Berangkat dari ngamen, ikut festival lagu-lagu humor (pernah jadi juara), hingga akhirnya menembus dapur rekaman. Itu pun tidak semulus yang kita bayangkan, karena rekaman pertamanya (sebelum Oemar Bakri) sempat jeblok. Pendeknya, Iwan Fals bisa seperti sekarang ini bukan dengan sim salabim. Dia tahu persis getirnya perjuangan untuk mencapai posisi yang saat ini diraihnya sebagai salah satu legenda musik Indonesia.
Salah satu yang saya sukai dari seorang Iwan Fals adalah kejujurannya, baik itu kejujuran dalam menuangkan ide-idenya ke dalam lirik lagu, maupun kejujurannya dalam bersikap. Simak saja bagaimana Iwan Fals mengungkap cinta misalnya.
'..hanya mampu katakan, aku cinta kau saat ini
entah esok hari, entah lusa nanti,
entah..' (ENTAH)
Di saat kebanyakan lirik lagu berlomba mengobral kata-kata muluk soal cinta, Iwan justru mengungkap cinta dengan cara yang berbeda, tidak munafik. Betapa sederhana, betapa jujur, karena bukankah tidak ada yang bisa menjamin bahwa kita bisa mencintai seseorang selamanya?
Hal lain yang saya kagumi dari Iwan Fals adalah kharisma. Ini juga muncul dengan sendirinya dan tidak dibuat-buat. Orang yang punya kharisma tentu lain dengan orang yang 'jaim'. Penyanyi Indonesia mana yang memiliki penggemar-penggemar yang berasal dari berbagai kalangan sekaligus? Bahkan usia mereka juga sangat variatif, dari mulai yang seusia dengan Iwan, sampai ABG. Demikian juga status sosial.
Lalu apa sebenarnya yang dimiliki Iwan Fals sehingga ia memiliki nama yang demikian besar? Beberapa sudah saya sebutkan di atas.
*
Kejujuran, terungkap dalam sikap kesehariannya maupun terutama lirik-lirik lagunya. Dan kejujuran ini yang justru menjadi kekuatan dari lirik-lirik lagu Iwan Fals. Dan konsekuensi dari kejujuran ini juga yang dulu sering membuat Iwan berurusan dengan aparat keamanan, ketika lagu-lagunya dianggap 'meresahkan' atau bahkan membuat merah kuping penguasa.
*
Kharismatik. Ini memang sebuah gift dari Tuhan. Orang tidak bisa mereka-reka supaya dirinya kelihatan memiliki kharisma. Di balik sikap yang apa adanya, Ian Fals punya kharisma yang membuat orang segan dan menghormatinya.
*
Sederhana. Pernahkah Anda melihat Iwan Fals tampil 'centil' dan modis? Dari dulu, kostum kegemarannya adalah jeans dan t-shirt.
*
Tidak arogan. Ia bisa ngobrol santai sebagai teman denan penggemarnya. Dulu saya punya teman yang bahkan sering nginep di rumah Iwan. Sikap tidak arogan yang juga bisa kita lihat adalah aksi kolaborasinya dengan musisi-musisi muda. Ia tidak kelihatan canggung dan khawatir dengan kehadiran mereka. Sebaliknya mereka malah dirangkul untuk bikin lagu buat dia nyanyikan. Hasilnya? Ceruk pasarnya malah bertambah ke semakin banyak kalangan, termasuk ABG.
*
Tentu masih banyak hal lain yang membuat Iwan Fals menjadi seperti sekarang ini. Sosok penyanyi/musisi Indonesia yang samasekali bukan karbitan. Ia meraih puncak karir benar-benar merangkak dari bawah. Tempaan itulah yang justru membuatnya bisa seperti sekarang. Berjuang dan menjadi pendekar bagi kalangan grass root melalui lagu-lagunya yang sarat dengan kritik sosial. Contoh fenomenal adalah lagu Oemar Bakri. Saat itu,mana ada yang berani mengangkat tema seperti itu? Atau tengok lagu Bento yang ditujukan untuk 'Kau Tahu Siapa' (minjem istilah Harry Potter untuk menyebut Voldemort), klan penguasa yang nyaris tidak pernah tersentuh hukum.
Ia memotret apa adanya lewat lagu, meski akibatnya kadang-kadang harus berseberangan, bahkan berbenturan dengan penguasa. Tak salah jika majalah Times sempat menjulukinya The Asian Hero
Senin, 28 September 2009
Iwan Fals, Sederhana dan Kharismatik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar