Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun.
Menyusul kedua sahabatnya yang telah mendahului, WS. Rendra dan Mbah Surip, pada tanggal 31 September 2009 pukul 03.00 Innisisri, mantan penabuh drum Kantata Takwa meninggal dunia pada usia 58 tahun di Rumah Sakit Graha Permata Ibu, Depok. Sebelumnya beliau menderita kanker usus, yang baru diketahui sejak Desember tahun lalu.
Selama ini beliau dikenal kalangan musisi sebagai salah satu perkusionis terbaik Indonesia. Beliau pernah bergabung dalam Swami, Kantata Takwa dan Dalbo bersama rekan-rekannya seperti Iwan Fals, Totok Tewel, Sawung Jabo, Setiawan Djodi, Jockie Soeryoprayogo dll. Terakhir ia aktif dalam Komunitas Kahanan Innisisri yang dibangunnya sejak 1983. Kahanan Innisisri sendiri merupakan kelompok komunitas musisi yang mengembangkan orkestrasi perkusi etnik dan telah mendapatkan tempat tersendiri di dunia internasional.
Jenazah direncanakan akan dikebumikan berdampingan dengan makam penyair WS. Rendra di Bengkel Teater pada pukul 13.00.
Semoga Allah SWT meridhoi amal-amalnya dan menerimanya di sisi-Nya.
Rabu, 30 September 2009
Innisisri Meninggal Dunia
Innisisri Akan Dimakamkan di Bengkel Teater Rendra
Musisi Innisisri meninggal dunia dalam usia 57 tahun, Rabu (30/9) siang di Depok, Jawa Barat, karena sakit. Innisisri yang akrab disapa Sri rencananya dimakamkan di Bengkel Teater Rendra, Cipayung, Citayam, Depok, Jawa Barat, Kamis ini.
Sri menjadi seniman ketiga yang dimakamkan di Bengkel Teater setelah seniman Mbah Surip dan pendiri Bengkel Teater, WS Rendra, sejak awal Agustus lalu.
Keputusan memakamkan Sri di Bengkel Teater diambil para seniman Bengkel Teater, Rabu malam. ”Tapi, kami menunggu terlebih dahulu keluarga Sri dari Semarang,” ujar Edi Haryono, anggota senior Bengkel Teater yang juga sahabat Sri.
Sahabat Sri lainnya, Prita Indrarini, menceritakan, Sri jatuh sakit sejak 14 Desember 2008. Tanggal 29 Desember, Sri dirawat di rumah sakit hingga 4 Januari 2009. Kemudian, ia pulang ke rumahnya di Kecamatan Sukmajaya, Depok.
”Karena tidak berkeluarga dan tinggal sendirian, akhirnya Sri dibawa ke rumah saya di Perumahan Depok Mulya I untuk dirawat,” kata Prita.
Prita menceritakan, menurut diagnosis dokter, Sri menderita semacam bisul pada usus besarnya. Akibatnya, ia tidak bisa makan dan buang air besar. Rabu sekitar pukul 14.00, kondisi Sri yang sebelumnya cukup baik tiba-tiba memburuk. Ia pingsan dua kali dan akhirnya meninggal dunia sebelum sempat dibawa ke rumah sakit.
Penghubung
Edi Haryono mengatakan, Sri adalah musisi perkusi yang hebat dan sangat berbakat. Dia berangkat dari gamelan. Setelah itu, dia berkenalan dengan drum dan musik Barat lainnya.
”Musiknya itu dimulai dari ketukan dan ritme. Dari situ ia bisa menciptakan melodi-melodi. Itulah kehebatan Sri,” kata Edi yang berteman dengan Sri sejak tahun 1970-an.
Sri, kata Edi, pernah bergabung dengan kelompok musik Kampungan dari tahun 1976 hingga 1980. Kemudian, dia bergabung dengan Sirkus Barock, Swami, dan Kantata Takwa bersama Sawung Jabo.
Menurut etnomusikolog Rizaldi Siagian, dalam lanskap musik nasional, posisi Sri cukup penting. Dia adalah penghubung antara musisi tradisional dan modern. Dia bekerja sama dengan musisi-musisi Banyuwangi dan membentuk grup Kahanan pada tahun 1980-an. ”Ini memberikan sumbangan sangat positif bagi perkembangan musik nasional,” ujar Rizaldi yang pernah bekerja sama dengan Sri dalam pementasan Megalitikum Kuantum tahun 2005.
Di mata Rizaldi, yang penting dari Sri adalah gerakan bermusiknya yang berusaha menyatukan musisi tradisional dan modern. ”Ia meleburkan diri dengan musisi tradisional dan mengembangkan musik bersama,” tutur Rizaldi.
Senin, 28 September 2009
NEGERI YANG HILANG (SINGEL TERBARU 2009)
Sejak album 50:50 yang dirilis 2007, Iwan Fals belum mengeluarkan album baru. Namun demikian Iwan Fals membuat beberapa singel, baik yang dipublikasikan maupun yang belum. Singel-singel tersebut antara lain "Untukmu Terkasih" yang sudah dirilis video klip dan RBTnya, serta "Badai Belum Berlalu", "Musafir", dan "Negeri yang Hilang" yang rencananya akan dirilis dalam bentuk RBT dan full track download. Lirik "Negeri yang Hilang", sebagai berikut:
NEGERI YANG HILANG
(Iwan Fals, singel, 2009)
Fajar pergi tak mau kembali
Ikuti langit nun kelabu
Sunyi hati bunga melati
Tunduk haru dan sembunyi
Lihatlah lambai jelata
Datang mencari terang
Lelah sudah satwaku memohon
Bijak pemimpin bangsa
Mana sejuk senyum damaimu
Kurindu subur dan merdeka
Bangun negeri bumi pertiwi
Sisa harimu kunanti
Lihatlah lambai jelata
Datang mencari terang
Lelah sudah satwaku memohon
Bijak pemimpin bangsa
Sayangi Indonesia...
[red/sumber: Rolling Stone Indonesia edisi Juli 2009]
THE LEGEND IS BACK
THE LEGEND IS BACK! Ya, legenda hidup Iwan Fals kembali menyambangi penggemarnya dengan merilis album baru yang diberi titel “50:50″. Konon konsep album ini dibuat dalam konsep keseimbangan “Yin” & “Yang” yang mengusung tema Cinta dan kritik sosial yang dimunculkan secara berimbang, lugas, sederhana namun berisi.
Album ini berisi memuat 12 lagu bertema cinta, sosial dan humanis yang lekat dengan sosok Iwan Fals. Album yang terdiri dari 12 lagu ini 6 lagu dibuat oleh Iwan Fals sendiri, sedangkan 6 lainnya oleh komposer lain seperti Dewiq, Opick, Yockie Suryoprayogo, Pongki Jikustik, Digo [ketua OI] dan Bongky [Slank, Flowers, BIP].
Cinta dan kritik sosial kembali membawa Iwan Fals ke hadapan jutaan OI (Orang Indonesia) tahun ini. Album penuh aroma cinta dan deru kritik sosial dengan bungkus pop ini berhasil memberikan jawaban akan kemana visi dan misi Iwan Fals. Seperti judul albumnya tidak semua misi membawa virus cinta. Setengah dari album ini adalah visi berupa kritik pada kondisi sosial masyarakat Indonesia. “Aku merasa mendapat respon bagus dari Musica Studio’s saat merilis album ini. Karena tidak hanya lagu-lagu pop yang sedang digemari saat ini tapi juga mereka mau menampung lagu-laguku yang tidak mengambil tema cinta,” kata Iwan Fals tentang proyek album yang materinya 6 lagu diambil lebih dari 300 lagu ciptaanya.
Misalnya “Mabuk Cinta” ciptaan Bongky BIP. Kali ini groove reggae dikeluarkan lewat balutan musik pop reggae yang mengalun indah. Bunyi kibor yang mengawang dan memberi beat yang seksi akan terdengar ritmis dan manis lewat siraman drum dan bass yang mengawal vokal khas Iwan Fals yang begitu enjoy dan lepas saat menyuarakan lirik tentang indahnya mengalami jatuh cinta kembali itu. Lagu ini menjadi single pertama dari legenda yang kini tinggal di Leuwinanggung ini.
Apapun yang keluar darinya (dengan konsep yang mungkin baru baginya) akan tetap menjadi magnet yang siap akan membius dan memabukkan seperti menyimak lagu yang menjadi single perdana album 50:50 ini. Yang paling menonjol di album ini diantaranya lagu berjudul “Masih Bisa Cinta” karya Dewiq yang di aransemen oleh Erwin Gutawa. Di lagu ini pendekatan yang disuarakan Iwan Fals tidak kalah dengan gaya rockstar anak muda seperti Pasha, Giring, atau Ariel saat menyuarakan kerinduan pada orang tercinta. Sebuah tema universal dengan lirik cinta yang akan menjadi guilty pleasure pula dengan lagu “Yang Tercinta” karya Opick yang di aransemen Addie MS. Sulit memberikan kredit pujian mana yang paling bagus dari dua lagu ini. Keduanya kuat di aransemen. Kuat pula dari struktur lagu. Dan yang paling utama vokal Iwan Fals berhasil menyatu dan saling mengisi dalam sebuah paket pop penuh cinta yang membuatnya menjadi tidak pasaran dan murahan. banyak orang.
Menarik adalah lagu karya Pongky Jikustik berjudul “Tak Pernah Terbayangkan” yang di aransemen oleh Bagoes AA. Lagu yang ditulis Pongky ini menurutnya terinspirasi dari kisah hidup Iwan Fals yang selalu ditemani sang istri, – mbak Yos – dalam kondisi apapun. “Tulis besar-besar tentang hal itu, saya mendedikasikan lagu tersebut untuk mas Iwan agar dinyanyikan untuk mbak Yos,” kata Pongky. Sebuah ode yang dipersembahkan Pongky untuk Iwan Fals ini menjadi reuni bagi keduanya. Sebelumnya Pongky pernah memberi lagu bagus di album In Collaboration With dengan judul “Aku Bukan Pilihan.” Bagoes AA berhasil mengemas lagu ini dengan sempurna. Pop yang masih terasa kuat dalam aransemen, syarat yang harus ada dalam lagu-lagu Iwan Fals.
Lagu lain yang sangat kuat dalam tema ada pada “Apakah Aku Benar- Benar Memiliki Kamu” karya Digo yang saat ini menjabat sebagai ketua OI. Kontribusi Digo sebelumnya adalah membantu mengisi gitar saat pembuatan album Suara Hati yang menandai kembalinya Iwan Fals ke panggung musik dengan lagu-lagu baru dan bukan lagu aransemen ulang. Lagu ini menjadi makin terasa hidup dan bernyawa dengan aransemen yang dimainkan oleh Andi Bayou. Tidak ketinggalan wartawan senior Remy Soetansyah turun gunung memberi kontribusi lagu berjudul “Ini Bukan Mimpi” yang diciptakan bersama Yockie Soeryoprayogo yang juga membuat aransemen yang kuat di lagu ini.
Sebuah lagu yang memberi kita sebuah petunjuk, sebuah penerang, sebuah wacana bahwa bencana yang sedang terjadi yang menimpa Indonesia bukan sekedar sebuah siaran berita di TV, radio, atau Koran. Sebuah kenyataan yang patut direnungkan. “Aku juga menyumbang lagu cinta di album ini. Judulnya ‘KaSaCiMa’. Kadang aku memang tidak pede kalau membuat lagu bertema cinta sekarang ini” kata ayah dari Raya dan Cikal ini. “KaSaCiMa” menurut Iwan Fals diciptakan lebih dari 15 tahun lalu. “Pas mau dirilis bingung mau dikasih judul apa, ya sudah ‘KaSaCiMa’ saja. Singkatan dari Kasihku Sayangku Cintaku Manisku,” katanya sambil tergelak. Lagu “Cemburu” sangat kuat dengan efek suara biola dan flute yang dibiarkan mengawang menjadi teman pengiring bagi karakter vokal Iwan Fals.
Peristiwa Munir juga menjadi perhatian Iwan Fals di album ini. “Saat mendengar kematian Munir aku sedih. Secara jujur aku kagum akan apa yang dia perjuangkan. Aku membuat lagu ‘Pulanglah’ saat sedang berada di Sukabumi,” kata Iwan Fals yang menyebut Munir sebagai Pendekar. Bentuk kepedulian lain yang disuarakan Iwan Fals di lagu ini ada pada “Negara”. Sebuah protes yang ditujukan pada kondisi Negara yang seharusnya ideal dan melindungi rakyatnya secara jeli dan jujur coba disuarakan. “Tugasku sebagai seniman ya cuma bisa menyuarakan ide-ide. Aku tidak tahu bagaimana mewujudkannya. Biarlah mereka yang pandai yang memberikan solusi,” katanya jujur.
“Ikan-Ikan” dan “Rubah” juga masih secara seksama mencoba meneriakkan ketidakadilan dan ketidakberesan yang terjadi di tingkat bawah. “Ini album yang secara tema aku rasa imbang. Yang akan mencari cinta ada. Yang mencari lagu-lagu berisi protes sosial juga ada,” ujar sang legenda.
Mencoba berimbang. Itu yang sedang dilakukan Iwan Fals di album 50:50 ini. Satu yang tidak berubah dari semua album Iwan Fals adalah pesona, kharisma, karakter dan sosoknya yang akan selalu memabukkan siapa saja yang menyimak lirik lagu-lagunya. Entah itu lagu berisi pesan cinta atau pesan kritikan sosial yang menjadi senjata utamanya.
Iwan Fals Beri Inspirasi
Puluhan tahun malang melintang di dunia musik Indonesia, Iwan Fals (47) masih suka heran ada orang yang terinspirasi lagu-lagu yang ia tulis dan nyanyikan. Terakhir ada dua penggemar asal Brebes, Jawa Tengah, yang rela jalan kaki hanya untuk menonton konser Iwan di rumahnya di Leuwinanggung, Jawa Barat, Sabtu pekan lalu.
”Namanya Noto dan Slamet. Mereka jalan kaki 13 hari hanya untuk melihat saya nyanyi,” ungkap Iwan di Jakarta, Senin (2/3).
Penggemar Iwan lainnya, Daeng, nekat naik sepeda keliling Indonesia dari tempat asalnya di Sulawesi. Noto, Slamet, dan Daeng sama-sama mengaku melakukan itu semua karena terinspirasi lagu-lagu Iwan Fals.
”Saat ini juga ada 90 cabang Oi (klub penggemar Iwan Fals) yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka bikin perpustakaan, kegiatan olahraga, dan kesenian. Saya kaget, ternyata musik saya bisa berpengaruh sebesar itu,” tutur Iwan yang baru saja menerima penghargaan sebagai Class Music Heroes bersama sederet nama populer di dunia musik Tanah Air lainnya.
Iwan lalu berandai-andai, jika data yang menyebutkan bahwa saat ini ada 40 juta rakyat miskin di Indonesia itu benar, sebenarnya masalah kemiskinan akan selesai kalau setiap orang yang tidak miskin membantu satu orang yang miskin
Iwan Fals Mendapat Penghargaan
Mendapatkan penghargaan, apalagi didasari prestasi dan dedikasi di bidang musik tentu sangat membanggakan. Terlebih lagi jika penghargaan tersebut bisa memberikan inspirasi kepada generasi selanjutnya. Hal itulah yang dirasakan salah seorang legenda musik Indonesia, Iwan Fals.
Iwan yang baru saja mendapatkan penghargaan "Clas Music Heroes, Talk Less Do More", di Jakarta, Senin (2/3) mengatakan, sebagai seorang musisi tentu ia sangat senang jika ada satu lembaga yang bisa memberikan apresiasi terhadap karya musisi di Indonesia, apalagi bukan didasari sisi bisnis.
"Sebagai musisi saya senang ada lembaga yang mengapresiasi karya saya dan ini menjadi nilai lebih dalam perjalanan musik saya. Tentu saja penghargaan yang saya dapat ini menjadi berat," kata Iwan Fals, saat ditemui di FX Plaza, Jln. Jendral Sudirman, Jakarta Selatan.
Artinya, kata Iwan, lebih berat karena masyarakat telah memilihnya lewat polling SMS. "Saya hanya bisa bersyukur aja lah, otomatis sebagai musisi saya tidak dapat mengabaikan pilihan masyarakat yang telah memilih saya melalui SMS. Jujur ini sangat berat bagi saya sekaligus menjadi tantangan dalam berkarya ke depannya," kata pelantun lagu "Bento" ini.
Dalam ajang penghargaan itu, juri terdiri atas Andy F. Noya (Rolling Stone Indonesia), Anton Wahyudi, Bongki, Dahono Fitrianto, Denny M.R., Ricky Siahaan, dan Yoris Sebastian. Penilaian berdasarkan atas prestasi dan gebrakan mereka selama berkarier. Satu hal yang menjadi titik penilaian, yaitu musik atau musisi yang dipilih bisa memberikan inspirasi bagi generasi muda. Atas dasar itulah, Iwan pun layak dijadikan hero di bidang musik.
Selain Iwan Fals, penghargaan ini juga diberikan kepada Slank, Peterpan, Melly Goeslaw, Krisdayanti, Gigi, Agnes Monica, Ari Lasso, Project Pop, Yovie & Nuno, Andra & The Backbone, Cokelat, Sheila On Seven, Naif, Letto, The Changcuters, dan Efek Rumah Kaca.
Iwan Fals, Sederhana dan Kharismatik
Ada sesuatu yang menggelitik saya untuk menulis ini. Meski tidak secara pribadi, saya mengenal Iwan Fals sejak awal karirnya, ketika saya masih di SD. Saya bukan penggemar fanatiknya, tapi jika ditanya siapa penyanyi Indonesia favorit saya, jawabannya adalah: Iwan Fals.
Bicara soal Iwan Fals adalah bicara soal sosok yang belum ada duanya di dalam percaturan musik tanah air. Orang menyukainya bukan karena gemerlapnya gaya hidup, kegantengan, atau bahkan teknik vokalnya yang luar biasa. Sebaliknya, Iwan adalah seorang sosok yang sangat bersahaja (mekipun memang ganteng), apa adanya, dan bukan jebolan sekolah vokal mana pun. Ia mengawali karirnya benar-benar dari bawah.
Berangkat dari ngamen, ikut festival lagu-lagu humor (pernah jadi juara), hingga akhirnya menembus dapur rekaman. Itu pun tidak semulus yang kita bayangkan, karena rekaman pertamanya (sebelum Oemar Bakri) sempat jeblok. Pendeknya, Iwan Fals bisa seperti sekarang ini bukan dengan sim salabim. Dia tahu persis getirnya perjuangan untuk mencapai posisi yang saat ini diraihnya sebagai salah satu legenda musik Indonesia.
Salah satu yang saya sukai dari seorang Iwan Fals adalah kejujurannya, baik itu kejujuran dalam menuangkan ide-idenya ke dalam lirik lagu, maupun kejujurannya dalam bersikap. Simak saja bagaimana Iwan Fals mengungkap cinta misalnya.
'..hanya mampu katakan, aku cinta kau saat ini
entah esok hari, entah lusa nanti,
entah..' (ENTAH)
Di saat kebanyakan lirik lagu berlomba mengobral kata-kata muluk soal cinta, Iwan justru mengungkap cinta dengan cara yang berbeda, tidak munafik. Betapa sederhana, betapa jujur, karena bukankah tidak ada yang bisa menjamin bahwa kita bisa mencintai seseorang selamanya?
Hal lain yang saya kagumi dari Iwan Fals adalah kharisma. Ini juga muncul dengan sendirinya dan tidak dibuat-buat. Orang yang punya kharisma tentu lain dengan orang yang 'jaim'. Penyanyi Indonesia mana yang memiliki penggemar-penggemar yang berasal dari berbagai kalangan sekaligus? Bahkan usia mereka juga sangat variatif, dari mulai yang seusia dengan Iwan, sampai ABG. Demikian juga status sosial.
Lalu apa sebenarnya yang dimiliki Iwan Fals sehingga ia memiliki nama yang demikian besar? Beberapa sudah saya sebutkan di atas.
*
Kejujuran, terungkap dalam sikap kesehariannya maupun terutama lirik-lirik lagunya. Dan kejujuran ini yang justru menjadi kekuatan dari lirik-lirik lagu Iwan Fals. Dan konsekuensi dari kejujuran ini juga yang dulu sering membuat Iwan berurusan dengan aparat keamanan, ketika lagu-lagunya dianggap 'meresahkan' atau bahkan membuat merah kuping penguasa.
*
Kharismatik. Ini memang sebuah gift dari Tuhan. Orang tidak bisa mereka-reka supaya dirinya kelihatan memiliki kharisma. Di balik sikap yang apa adanya, Ian Fals punya kharisma yang membuat orang segan dan menghormatinya.
*
Sederhana. Pernahkah Anda melihat Iwan Fals tampil 'centil' dan modis? Dari dulu, kostum kegemarannya adalah jeans dan t-shirt.
*
Tidak arogan. Ia bisa ngobrol santai sebagai teman denan penggemarnya. Dulu saya punya teman yang bahkan sering nginep di rumah Iwan. Sikap tidak arogan yang juga bisa kita lihat adalah aksi kolaborasinya dengan musisi-musisi muda. Ia tidak kelihatan canggung dan khawatir dengan kehadiran mereka. Sebaliknya mereka malah dirangkul untuk bikin lagu buat dia nyanyikan. Hasilnya? Ceruk pasarnya malah bertambah ke semakin banyak kalangan, termasuk ABG.
*
Tentu masih banyak hal lain yang membuat Iwan Fals menjadi seperti sekarang ini. Sosok penyanyi/musisi Indonesia yang samasekali bukan karbitan. Ia meraih puncak karir benar-benar merangkak dari bawah. Tempaan itulah yang justru membuatnya bisa seperti sekarang. Berjuang dan menjadi pendekar bagi kalangan grass root melalui lagu-lagunya yang sarat dengan kritik sosial. Contoh fenomenal adalah lagu Oemar Bakri. Saat itu,mana ada yang berani mengangkat tema seperti itu? Atau tengok lagu Bento yang ditujukan untuk 'Kau Tahu Siapa' (minjem istilah Harry Potter untuk menyebut Voldemort), klan penguasa yang nyaris tidak pernah tersentuh hukum.
Ia memotret apa adanya lewat lagu, meski akibatnya kadang-kadang harus berseberangan, bahkan berbenturan dengan penguasa. Tak salah jika majalah Times sempat menjulukinya The Asian Hero
Iwan Fals: Anak Adalah Masa Depan
Anak merupakan anugerah bagi setiap orang tua. Tak satupun orang tua di dunia ini yang rela kehilangan anaknya. Bagi Iwan Fals segala yang mendukung kepentingan anaknya merupakan hal penting. Dia berpendapat setiap orang tua tak seharusnya enak-enakan.
Bagi Iwan anak adalah masa depan, walau setiap anak punya surga sendiri, tak seharusnya orang tua enak-enakan begitu saja. "Anak ini masa depan kita semua. Saya nggak tahu, tapi anak itu dalam keadaan apapun selalu pandai dan bisa mendapatkan hiburan. Bahkan dalam kondisi dan tempat apapun, mereka punya surganya sendiri. Tapi nggak lantas kita jadi enak-enakan begitu saja," ungkap penyanyi kondang ini saat ditemui di aksi sosial Homeschooling Untuk Anak Jalanan, di Leuwinanggung, Cimanggis, Depok, Selasa (21/7).
Sebagai orang tua yang pernah kehilangan buah hatinya, Iwan kini bertekad agar hal itu tidak terulang kembali. "Saya juga tahu soal nutrisi dan soal lingkungan yang sehat itu tanggung jawab orang-orang dewasa. Oleh karena itu saya merasa terpanggil sekali. Kebetulan saya juga ayah yang merasa tidak mampu memberikan dua hal, nutrisi dan lingkungan yang sehat buat anak saya. Sampai meninggal. Tapi saya alhamdulillah juga diberi kesempatan mengalami badai itu. Rasanya nggak boleh terulang, gitu ya," terangnya.
Sebagai wujud kepedulian pada anak, Iwan kini membawanya dalam konser. "Saya kurang memahami psikologi anak anak. Tapi bahwa saya merasa yakin anak-anak adalah orang dewasa berikutnya. Untuk kebaikan bersama, maka kita pilih persoalan anak kita angkat di konser saya di bulan Juli," tambahnya.
USIA TAK LAGI MUDA
Usia boleh tak muda lagi, namun kharisma Iwan Fals masih tetap terpancar. Musisi senior ini berhasil menghipnotis ribuan pengunjung Pekan Raya Jakarta (PRJ) 2009 dengan menggelar konser di lapangan utama, Senin (22/6) malam.
Iwan yang menggunakan kaos hitam dipadu celana jeans biru telur asin dengan iringan petikan senar gitarnya langsung menggebrak penonton melalui lantunan lagunya berjudul Garuda. Penyanyi balada tersebut melanjutkan aksi panggungnya dengan salah satu lagu andalannya Celoteh dan Jakarta sesuai dengan momennya ulang tahun DKI Jakarta ke-482 yang jatuh pada 22 Juni 2009.
Di bawah sorotan lampu panggung yang didominasi warna biru, bapak dari almarhum Galang Rambu Anarki ini, mendendangkan lagu Entah, Aku Bukan Pilihan, dan Yang Tercinta. Namun aksi penyanyi senior tersebut sempat tercoreng keributan antar penonton di bawah panggung, sehingga Iwan menghentikan nyanyinya hingga lima menit.
"Kayaknya banyak jagoannya yah, bagaimana teruskan tidak?" ujar Iwan bermaksud mengajak penggemarnya untuk menghentikan aksi brutalnya.
Seakan tidak ada lelahnya, penyanyi kelahiran 3 September 1961 ini ingin memuaskan penggemarnya dengan suara serak khasnya dengan lagu populernya, yakni Nyanyian Jiwa, Ini Dia Si Jali-Jali (versi balada), Bongkar, Bento, Pesawat Tempur, Kekasih, Jakarta Sudah Habis, dan Lagu Empat dari ALBUM HIJAU.
Lagu Empat tersebut menjadi nyanyian terakhir Iwan pada konser di ajang PRJ yang memasuki hari ke-12 tersebut, sementara itu, penonton membubarkan diri secara tertib dan terkendali dengan penjagaan ketat dari petugas kepolisian
ASYIK NGGAK ASYIK.......Oi
Saya sadar akan adanya saya di Ormas Oi, berangkat dari fals mania yang intinya adalah Iwan Fals sebagai tokoh yang saya idolakan. Setelah terbentuknya Oi, saya mencoba memasuki "area" itu. Mohon maaf.....! Oi ternyata tempat yang saya anggap asyik selama ini ternyata lebih dari apa yang saya bayangkan. Asyik sekali......!!! Kesadaran berorganisasi memang perlu, karena kita tahu sendiri memahami dan sadar atas sebuah loyalitas terhadap sesuatu akan menjadikan kita gampang berinteraksi dengan yang lain dan mengangkat nama baik organisasi Oi itu sendiri.
Oi.........sadar sadar atau tidak sadar ini akan menjadi besar, tentunya Oi pun juga menunggu sumbangsi fikiran dan itikad baik serta dukungan dari seluruh warga Oi diseluruh Nusantara. Iwan Fals adalah "icon" Oi...bukan pengurus Oi. Kitalah Pengurus yang punya tanggungjawab untuk datang, hadir dan "berproses" di dalamnya. Ini adalah sebuah impian lama dan niat baik dari teman Oi.
Olehnya itu sobat...... Mari kita bergandengan tangan kembali untuk setia mengikuti perjalanan organisasi Oi ini, mungkin hari ini kita belum mendapatkan hasil, tapi aku yakin, besok atau pun lusa Allah akan memberi kita sebuah kenikmatan dalam keberhasilan kita. Kita mustahil mendapatkan sebuah hasil tanpa kita melakukan sesuatu usaha.
Sebagai himbauan, bilamana ada pertemuan nasional Ormas Oi......Datanglah....! supaya disana anda bisa Setuju dan Tidak Setuju, kita semua menghargai pendapat orang koq, mari kita berproses bersama...! Yang merasa mempunyai kemampuan untuk mengembangkan Oi ini, ayo kita sambut karya dari temen temen Oi yang datang dari berbagai pelosok Indonesia.
Minggu, 27 September 2009
PETUNJUK PELAKSANAAN KARTU TANDA ANGGOTA
PETUNJUK PELAKSANAAN KARTU TANDA ANGGOTA
DAN NOMOR REGISTRASI ANGGOTA Oi
BADAN PENGURUS WILAYAH Oi SULAWESI SELATAN:
MENIMBANG :
1.Bahwa organisasi Oi sebagai organisasi masa nasional yang memiliki anggota yang tersebar di seluruh Indonesia, perlu memiliki Kartu Tanda Anggota yang seragam secara nasional sebagai identitas keanggotaan serta perlu didukung dengan suatu sistem administrasi keanggotaan yang baik.
2.Bahwa untuk itu perlu adanya penyeragaman Kartu Tanda Anggota dan nomor registrasi anggota.
3.Bahwa untuk itu perlu segera ditetapkan petunjuk pelaksanaannya dan di sah kan dengan surat keputusan.
MENGINGAT :
1.Anggaran Dasar pasal 15 ayat 2 poin C.
2Anggaran Rumah Tangga Oi pasal 13 ayat 1 poin F.
3.Keputusan Munas Oi ke III di Bandung, 24 - 26 Nopember 2006.
4.Rekomendasi Rakernas Ke II, poin 1.
MEMUTUSKAN
1.Petunjuk pelaksanaan mengenai Kartu Tanda Anggota dan nomor registrasi anggota Oi sebagaimana tertera dalam lampiran surat keputusan ini.
2.Menginstruksikan kepada Badan Pengurus Kota Di Sulawesi Selatan untuk menyampaikan Surat Keputusan ini kepada Badan Pengurus Kelompok untuk menyesuaikan Kartu Tanda Anggota dan nomor registrasi anggota sesuai dengan petunjuk pelaksanaan tersebut dalam lampiran surat keputusan ini.
Badan Pengurus Wilayah Oi
Muhammad Ihsan, MS
Ketua BPW Oi Sulawesi Selatan
Rabu, 16 September 2009
Sabtu, 05 September 2009
Iwan Fals Dalam Musikalisasi Puisi Remy Soetansyah
Bertempat di Gedung Arsip Nasional, Jalan Gajah Mada, Jakarta, pada Jumat (14/8) silam, Iwan Fals (47) menampilkan puisi karya Remy Soetansyah. Iwan membawakan dua karya Remy berjudul Buku Harian Bangkai dan Surat Kepada Mabuk dalam format musikalisasi puisi.
Acara ini digagas Lembaga Katha Cakti. Yaitu sebuah lembaga berkumpulnya orang-orang kreatif yang menggeluti dunia jurnalistik, komunikasi, periklanan dan televisi yang berasal dari alumni Sekolah Tinggi Publisistik (STP) yang kini bernama Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Iwan Fals merupakan salah satu alumni sekolah tersebut.
Tepuk tangan membahana di pelataran belakang Gedung Arsip Nasional manakala gitar Iwan mulai berdenting. Sekitar kurang lebih 150 orang yang hadir untuk menyaksikan acara ini seperti penasaran, ingin tahu bagaimana Iwan Fals membawakan puisi Remy. Terkejut itulah reaksi yang muncul. Pasalnya, penonton tak menyangka Iwan akan mebawakan puisi berjudul Buku Harian Bangkai dengan kedalaman yang pekat.
Sementara saat membawakan Surat Kepada Mabuk, puisi yang lebih bertutur soal cinta, Iwan membawakannya dengan lebih ringan dan riang. Seperti pesan yang tertuang dalam lirik-lirik puisi itu.
“Bangkai berlapis-lapis bangkai. Di atasnya bulan bertengger lunglai. Semerbak kembang busuk menebar. Luka menari seharum darah segar. Dan seonggok waktu bangkit. Mengalir, menjalar, menuntunku. Mencari asalnya yang rumit. Dan dengarkan ia berkotbah.” Itulah penggalan puisi yang dibawakan Iwan Fals. Terasa berat dan nanar mengawinkan nada-nada dalam gitar dengan kata-kata di puisi itu. “Oke saya mau puisi yang ini. Pokoknya urusan bunyi, itu tanggung jawab aku,” ungkap Iwan kepada Remy saat Remy meminta untuk membawakan karyanya.
Bisa dibilang penampilan Iwan juga yang sempat “memakan korban’ tepatnya saat membacakan puisi cinta berjudul Surat Kepada Mabuk. Rosiana Silalahi sebagai host yang berpasangan dengan Andy F Noya menyangka Iwan sudah selesai membawakan puisi. Rosiana baru mengajak penonton untuk bertepuk tangan. Dengan tenang Iwan bilang pada Rosiana, NB-nya belum dibaca. Heboh tentu saja. Tapi untunglah, seluruh yang hadir di situ bisa dibilang satu keluarga yang kebanyakan alumunus STP/IISIP.
Untuk menutup kekeliruannya, dengan ringan Rosi ikut menari dan menyanyi puisi yang dibawakan Iwan Fals. Usai membacakan puisi, Iwan Fals langsung diberondong pertanyaan Andy F Noya dan Rosiana Silalahi. “Iwan Fals tidak lulus sekolah dari STP saja begini hebatnya. Bagaimana kalau lulus? Termasuk saya juga tidak lulus,” celoteh Andy F Noya.
Lantas Andy menanyakan alasan Iwan bersedia membawakan puisi karya Remy. Sambil tertawa Iwan menyusuri masa lalu saat sekolah di STP. ”Saya dulu waktu kuliah di STP dua kali di plonco sama Remy. Sempat masuk, keluar, terus masuk lagi,” tutur Iwan.
Selain Iwan Fals, musisi, seniman dan tokoh penting lain yang turut ambil bagian dalam acara tersebut adalah Slamet Rahardjo, Sawung Jabo, Doel Sumbang, Fauzi Bowo, Amin Kamil, Happy Salma, Marcella Zalyanti, Astari Rasyid, Arifin Panigoro, Ray Sahetapy, Todung Mulya Lubis, Sri Mulyani, Minerva & Aminoto Kosin, Doddy Katamsi, Miranda Gultom dam Rachel Maryam.
Melihat penampilan mereka, Remy Soetansyah mengaku senang. Pasalnya mereka tidak kehilangan jati diri dan tetap bisa membawakan puisi itu seperti yang Remy mau. “Saya senang, penampilan mereka hebat dan bagus. Dan yang terpenting, mereka tetap menjadi diri sendiri,” ungkap Remy. Selamat ya, Mas Remy!Sumber:www.iwanfals.co.id
Pulanglah Pak
Hanya dengan denting gitar akustik dan suara serak Iwan Fals, puisi karya Fitri Nganti Wani -anak Widji Tukul- menjadi sebuah lagu yang sangat menyayat perasaan. (Widji Tukul adalah seorang korban penculikan pada 1998 yang sampai sekarang tidak diketahui nasibnya).
Iwan Fals menyanyikan puisi ini dengan penuh penjiwaan pada acara peluncuran buku "Selepas Bapakku Pergi" karya Fitri Nganti Wani, di Graha Bakti Budaya, TIM Cikini, Jakarta, 16 Juni 2009.
Bagi saya, gaya bernyanyi Iwan Fals dalam lagu ini sedikit mengobati kerinduan pada sosok Iwan yang liar, garang namun tetap bersahaja. Nada-nada sederhana dalam lagu ini mengingatkan pada album akustik Iwan Fals di tahun 90-an. Dan wajar bila beberapa kawan setelah mendengarkan lagu ini mengatakan, "Inilah Iwan Fals sebenarnya..!". (sb)
Dibawah ini adalah lirik dan rekaman video penampilan Iwan Fals saat menyanyikan lagu ini.
Pulanglah Pak
Lirik: Fitri Nganti Wani
Lagu: Iwan Fals
Pulanglah, Pak
Kami sekeluarga menunggumu, Pak
Kawan-kawanmu juga menunggumu, Pak
Pulanglah, Pak
Apakah kamu tidak tahu
Indonesia pecah, Pak?
Pipa-pipa menancap ditubuh pertiwi kita
Asap-asap dari pabrik-pabrik mengotori pertiwi kita, Pak
Limbah-limbah membuat sungai-sungai dan kali-kali tercemar
Kami terpaksa tutup hidung, Pak
Pertiwi kita menangis
Pertiwi kita butuh kamu, Pak
Oooh...
Pulanglah, Pak
Apakah kau tidak ingat aku lagi?
Aku anakmu, Pak
Aku, adik, ibu dan semua orang merindukanmu, Pak
Apakah hanya dengan doa-doa saja
Aku harus menunggu?
Penguasa...! Kembalikan bapakku...!
PENGUASA...! KEMBALIKAN BAPAKKU...!