Jumat, 04 Juni 2010

Gayus dan Susno di Konser Iwan Fals


Dari awal hingga akhir penampilan, legenda musik hidup, Iwan Fals, tampil penuh penjiwaan. Gelaran kedua I like Monday 2010 di Hard Rock Café, Jakarta, kian seru dengan kehadiran pelantun Bento itu, yang suaranya masih renyah.

“Berikut adalah lagu yang membuat saya memutuskan bahwa musik adalah jalan hidup yang harus saya tempuh.

Oemar Bakrie!” ujar Iwan dari atas pentas, sebuah prolog yang serta merta disambut histeria penonton, yang sebagian besar memang penggemar fanatik Iwan.

Dalam setiap pentasnya, musisi gaek itu memang senang memberi pengantar di tiap lagu.

Maka, wajar jika pentas I Like Monday, Senin (31/5) itu, menjadi beda dari biasa.

Pengunjung yang datang dari beragam umur menjadikan suasana konser lebih riuh.

Sebagian besar ikut bernyanyi bersama Iwan, dan bila lagunya bertempo cepat, mereka yang berdesak-desakan di bagian depan bergoyang dan ikut berlompatan menirukan gaya sang idola.

Semua tampak sumringah, melepas kangen dengan penyanyi pujaan yang sudah jarang melakukan konser besar.

Iwan yang didampingi empat pemain tambahan muncul dengan kualitas musik mumpuni.

Dari satu lagu ke lagu lain, Iwan memberi kalimat pengantar, yang diselingi senyuman khas.

Bukan hanya sosok karismatiknya yang masih memesona, namun tiupan harmonikanya pun masih sanggup membuat penonton terpana. Karena itu, tak heran, tiap kali Iwan meniup alat mungil itu, sorakan pengunjung Hard Rock kian menggema.

Lagu-lagu lawas menjadi incaran penonton untuk diikuti dan mendapat iringan sing along.

Contohnya lagu Mata Indah Bola Pingpong, Oemar Bakrie, Pesawat Tempur, Tikus-tikus Kantor, Antara Aku, Kau, dan Bekas Pacarmu, hingga Bento.

Di lagu yang bertema kritik, sesekali terselip sindiran anyar, sebuah kritik yang relevan dengan kondisi Indonesia sekarang.

Pada lagu Tikus-tikus Kantor, misalnya, Iwan mengganti lirik lama menjadi Gayus dan Susno.

Ya, dua nama itu disebut berulang-ulang oleh musisi itu sambil tertawa. “Ampun pemerintah! Sudah banyak sekali masalah di negeri ini.

Mulai dari masalah HAM, korupsi, hingga budaya pohon yang sering ditebangi. Padahal, semestinya kita menjaganya.

Karena satu pohon sungguh berarti. Mari kita tanam pohon, dan tentu jangan lupa menyiramnya,” papar Iwan di sela-sela lagu.

Selain kreatif memberi kritik terhadap kondisi sosial negara ini, Iwan yang usianya sudah tak lagi muda, mulai aktif memberi perhatian pada isu-isu lingkungan.

Untuk prolog kasus lingkungan itu, Iwan sengaja mengambil jeda yang cukup lama.

Di konser itu, ia bercerita panjang lebar tentang keprihatinannya pada kasus pembabatan hutan.

Untuk menangkalnya, ia baru saja turut serta dalam aksi penanaman pohon di Demak.

Sebuah prolog yang ia susul dengan membawakan lagu Pohon Kehidupan. Karena disebut sebagai lagu terakhir, sontak tidak ada penonton yang beranjak.

Namun karena penggemarnya terus berteriak, meminta konser dilanjutkan, Iwan yang tadinya sudah bersiap menghilang dari pentas kembali memetik gitar.

Tepuk tangan kembali berkumandang. Lagu Satu-satu yang memiliki beat slow ia bawakan dengan penuh penghayatan.

Kami menilai semua lagu yang Iwan bawakan malam tersebut ia hayati dengan baik, khususnya di lagu Seperti Mata Dewa dan Kasihku.

Menonton Iwan secara live memang pengalaman menyenangkan dan tentu meninggalkan kesan.
rai/L-4

Sumber :http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=53605

Tidak ada komentar:

Posting Komentar