Sabtu, 21 November 2009

Munas Oi ke-IV Sukses Meski Diwarnai Hujan Interupsi dan Walkout


Suksesi di tubuh Oi berlangsung sudah. Rangkaian proses di Munas IV yang menyita stamina dan pemikiran keras dari para kader Oi usai. Sonny Teguh Trilaksono menjadi Ketua Umum Oi yang baru.

Sederet tantangan untuk membangun Oi sudah menanti, infrastruktur, pengelolaan SDM ke arah organisasi modern, sampai tuntutan perbaikan kesejahteraan anggota Oi, jadi bagian lain tuntutan pembangunan organisasi massa pecinta Iwan Fals yang bakal jadi ujian bagi Sonny Teguh, yang akademisi UI dan UGM ini.

Hajatan terbesar Oi berupa Musyawarah Nasional IV Oi yang dilaksanakan pada 30/10-31/10 bertempat di Aula Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur usai sudah.

Gelaran yang didukung oleh Pemkot Kediri, Tiga Rambu, Falcon, Paramita Utama, TVS dan PT Gudang Garam, sengaja memilih tempat di ”tempat keramat” Ponpes Lirboyo, salah satu pondok pesantren yang paling berpengaruh di Jawa Timur.

Munas yang digelar tersebut, dihadiri oleh tujuh Badan Perwakilan Wilayah (BPW) dan 38 Badan Perwakilan Kota (BPK) Oi se-Indonesia. Acara juga dihadiri oleh BPP Oi lama yang akan selesai masa tugasnya. Sehingga, total peserta tak kurang dari 200 perserta.

Tokoh senior Ponpes Lirboyo, seperti KH Imam Yahya Mahrus serta Badrul Huda Zainal Abidin (Gus Bidin) tampak hadir pula di gelaran tersebut. Gus Bidin, bahkan kerap terlihat di beberapa sesi acara menyimak gelaran yang sangat demokratis tersebut.

Disamping itu, acara semakin lengkap dengan kehadiran pendiri Oi, Iwan Fals beserta istri, Rosana, yang setia semenjak malam sebelum gelaran tersebut resmi dibuka, hingga penghujung gelaran.

Rosana bahkan mengikuti prosesi pemilihan Ketua Umum Oi hingga berfoto bersama perwakilan para perserta Munas yang berjumlah tak kurang 150 orang dari seluruh Indonesia.

Istigotsah agar Munas beserta hasilnya memberi sesuatu yang bermanfaat digelar pada 31/10 tepat pukul 9.15, diikuti tak kurang 150 orang. Acara itu dipimpin oleh tokoh senior Ponpes Lirboyo, KH Imam Yahya Mahrus.

Mendampingi Yahya, tampak Gus Bidin, Iwan Fals, Syamsul Azhar (Walikota Kediri), Digo, serta beberapa tokoh lain. ”Semoga dengan digelarnya acara ini plus kerja keras ke depannya, Oi bisa bertambah besar dan Mas Iwan diberi rejeki yang lebih banyak lagi,” urai Imam Yahya Mahrus disela lelucon khasnya.

Selanjutnya acara Munas dibuka oleh Iwan Fals, Digo, Chaerudin, Syamsul Azhari, serta beberapa lainnya. Mereka menabuh rebana bersama, tanda dimulainya Munas IV.

Syaefuloh Yusup, Wakil Gubernur Jawa Timur, pada siang harinya juga sempat mengunjungi arena Munas. Gus Ipul yang hadir, bersama Iwan Fals sempat melantunkan lagu Kemesraan dan Wakil Rakyat. Gus Ipul juga memperoleh pin kehormatan Oi, yang penyematannya dilakukan oleh Iwan Fals.

Usai acara pembukaan Munas, Walikota Kediri, Syamsul Azhari yang dicegat iwanfals.co.id menyatakan rasa sukanya, atas gelaran Munas Oi di kotanya, karena bisa memperkenalkan Kota Kediri kepada masyarakat lewat Oi.

Dia juga mengaku gembira bahwa Oi ternyata sudah memiliki koperasi, di sebuah organisasi sebesar Oi. Apalagi, koperasi baginya merupakan soko guru ekonomi kerakyatan, yang direncanakan semuanya sudah akan berada di bawah pelayanan satu pintu di Kota Kediri ini.

Walkout Warnai Munas
Malam hari 30/10 sebelum Munas IV Oi dibuka secara resmi, Munas diawali dengan ”tensi yang meninggi” dari para peserta. Hujan interupsi juga mulai terlihat, dan ternyata terus terlihat di setiap gelaran sidang.

Pada acara pemaparan dan refleksi kondisi BPW dan BPK Oi se-Indonesia, bahkan lebih separuh peserta melakukan walkout, meninggalkan ruang sidang, karena merasa acara refleksi tersebut tidak perlu.

Mereka berpendapat dengan terbatasnya waktu Munas dibanding dengan banyaknya agenda pembahasan yang mesti diselesaikan, sebaiknya Munas langsung saja masuk ke persidangan.

Disamping itu, acara “curhat” tersebut menurut beberapa perwakilan BPK Oi, semisal yang disampaikan oleh BPK Magetan dan Ngawi, esensinya jadi berubah menjadi semacam gontok-gontokan.

Beruntung, situasi panas tersebut bisa diredam oleh panitia gelaran yang sementara waktu pimpinannya masih dipegang oleh Chaerudin, sebagai Ketua Pelaksana Munas, serta para kader Oi yang masih setia mengikuti acara.

Dari sesi penyampaian refleksi dari masing-masing daerah, tergambar kesulitan pelaksanaan kegiatan akibat konsolidasi tidak maksimal karena faktor geografis Oi di luar Jawa, dan belum sepenuhnya BPP Oi Pusat mampu mencari solusi atas permasalahan di daerah.

Disamping itu, kesulitan pelaksanaan kegiatan juga terjadi di BPW yang beberapa BPK-nya baru terbentuk sebagai akibat dari proses pemekaran daerah. Kendati dihadapkan pada berbagai kesulitan. Beberapa BPW malah berharap Oi bisa lebih mandiri, hingga tidak lagi bergantung kepada Iwan Fals.

Uniknya, beberapa BPK berhasil menggelar kegiatan yang bisa langsung dirasakan manfaatnya, semisal BPK Palu yang fokus ke kegiatan sosial karena daerahnya sering dilanda bencana. Demikian pula BPK Oi Sulteng dan Pekalongan, yang sudah menggelar dana untuk para korban gempa Padang.

Sementara, BPK Oi Jaktim, mengaku sudah mengembangkan kegiatan koperasi yang merupakan amanat gelaran Munas sebelumnya, melalui pengumpulan beras dari para anggotanya.

Keberhasilan yang lainnya, dilakukan oleh BPK Oi asal Bekasi, yang sudah membuka Sekolah Sepak Bola, serta BPK Bandung yang membuka Perguruan Bela Diri, serta beberapa BPK Oi yang baru saja terbentuk di berbagai daerah dibawah arahan beberapa BPW.

Hasil pada penyampaian refleksi Oi dari daerah ini, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi pembangunan Oi ke depannya. Meski diakui Chaerudin, Ketua Pelaksana Munas, pihaknya tidak menyiapkan sesi khusus membahas permasalahan-permasalahan di daerah ini. ”Hasil ini akan kita bawa ke Munas selanjutnya,” tambahnya kepada iwanfals.co.id.

Usai sesi acara ini, Kresnowati dari MPP Oi menyampaikan pandangannya, yang terutama tentang perlunya tertib administrasi segera dilakukan oleh Oi dari tingkat pusat hingga ke daerah. Sampai urgensinya kehadiran Koperasi di Oi, serta program KTA (Kartu Tanda Anggota) agar kegiatan Oi bisa lebih maksimal.

Ojon, salah seorang perserta Munas asal Bandung, kepada iwanfals.co.id menyatakan keprihatinannya. Baginya, aksi walkout yang dilakukan oleh sebagian rekannya tidaklah mungkin terjadi, jika ada ketegasan dari BPP Oi.

Diakuinya perserta sempat terpancing juga dengan adanya pertanyaan perlu atau tidaknya acara pemaparan atau refleksi digelar. ”Seharusnya tidak perlu lagi meminta ya atau tidak perlunya acara ini digelar, langsung saja. Jangan dibuka lubang ketidaktegasan, yang justru seharusnya ditutup rapat,” urai Ojon.

Sementara, Chaerudin, Ketua Pelaksana Munas menyatakan, kemungkinan rekan-rekannya yang melakukan walkout hanya ingin rubah suasana, terlihat mereka sesudahnya tampak bermain sepak bola.

31/10, usai pembukaan Munas, acara dilanjutkan. Lewat pemilihan, berbagai persidangan selanjutnya dipimpin oleh Miftahul Huda (BPK Oi Ngawi), Boby Syamsudin (BPW Oi Jakarta) serta Ikhlas M (BPW Oi Sultra).

Di tangan ketiga orang ini, selanjutnya kelancaran penyelenggaraan Munas diserahkan. Peran ketiga orang ini, agar Munas menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang diharapkan oleh seluruh peserta Munas tidaklah kecil.

Salut dan Protes di Penyampaian LPJ
Acara lainnya yang tampak menyedot perhatian peserta adalah Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepengurusan lama, yang disampaikan oleh Ketum Oi lama, Digo Zulkifli, dihadiri oleh seluruh rekan pengurus Oi 2006-2009.

Hampir seluruh peserta Munas Oi, kecuali BPK Samarinda dengan bulat menerima LPJ yang disampaikan oleh Kepengurusan Oi 2006-2009. ”Kami bisa menerima dan salut atas hasil kerja BPP Oi pimpinan Kang Digo, meski dengan keterbatasan yang ada, masih mampu berbuat untuk Oi,” urai salah seorang peserta dari Indonesia Timur di forum, seraya berharap kepengurusan Oi ke depannya bisa berbuat lebih baik.

Oi di daerah mengaku sangat kesulitan untuk menggelar kegiatan, terutama jika berhubungan dengan instansi pemerintah. Hal ini terjadi karena belum adanya legalitas Ormas Oi. ”Kita selalu dilempar ke KNPI jika ingin menggelar kegiatan,” urai seorang anggota BPK asal Palu.

Disamping itu, juga dikeluhkan oleh peserta minimnya koordinasi dan konsolidasi dari pusat ke daerah, sampai tertib administrasi yang belum berjalan di masing-masing BPW dan BPK. ”Kedepannya hal ini mesti dijadikan sebuah program yang penting,” urai salah seorang peserta.

Disamping itu, pada sesi ini juga dikeluhkan kurangnya ”sentuhan” kegiatan pusat ke daerah, hingga menimbulkan kesan kegiatan hanya berputar di Jabodetabek. ”Jika demikian, dibuat saja BPP Oi Jabodetabek,” urai peserta gelaran asal Surabaya dengan nada suara meninggi.

Beberapa keluhan dari BPW dan BPK ini, selanjutnya dicatat di dalam kertas kerja Panitia Pelaksana, dan sebagai rekomendasi bagi kepengurusan yang akan datang.

Sony Teguh Tak Terbendung
Oi memang unik. Jika beberapa organisasi massa tidak memiliki gelaran lain kecuali hanya melakukan pemilihan ketua umum di Munas, Oi justru memaketkannya pada pelaksanaan Munas beserta pembahasan-pembahasan hal lain.

Di sesi yang paling menyedot perhatian peserta yang dianggap merupakan ”roh”nya Munas ini, proses penentuan tata cara penjaringan nama calon Ketum (Ketua Umum), acara tersebut sempat diinterupsi oleh kader senior Oi, Lutfi Afif.

Lutfi tampak memberikan peringatan, atas ketidakpantasan seorang kader Oi asal Jawa Timur jika memimpin Oi. Di mengaku perlu menyampaikannya, mengingat kader tersebut dikatakannya bukanlah pencinta Iwan Fals, tak memiliki kecintaan terhadap Oi, serta dicurigainya berada di Oi karena membawa muatan politik tertentu.

Kendati demikian, pemilihan Bakal Calon Ketum Oi jalan terus. Dari hasil pemilihan secara langsung, muncul 12 nama bakal calon. Nama-nama langganan seperti, Khair Syurkati, Al Hafiz Rana, Ojon, kembali mencuat, kecuali nama Sonny Teguh dan Sifaul Anam yang malah justru dipilih oleh mayoritas peserta menjadi nama-nama Calon Ketua Umum, disamping Khair Syurkati.

Selanjutnya, sesuai kesepakatan yang berhak naik namanya karena didukung oleh minimal 10 BPW dan BPK adalah tiga nama, Khair Syurkati, Sifaul Anam, dan Sony Teguh.

Lewat pemilihan yang dramatis, akhirnya Sonny Teguh meraih mayoritas suara. Dia mengumpulkan 56 suara, disusul Sifaul Anam 29 suara dan Khair Syurkati 18 suara. Satu suara abstain pada pemilihan itu, dari keseluruhan 115 suara pemilih.

Sonny Teguh yang merupakan akademisi sekaligus dosen di UI dan UGM itu, berhak memimpin Oi untuk masa bakti 2009-2012. Dengan visi organisasi yang diantaranya akan mencanangkan program pembuatan KTA, mengembangkan komunikasi antara pusat dan daerah.

Sonny juga berencana melakukan dan memaksimalkan pengembangan kerjasama dengan Tiga Rambu dan Iwan Fals, yang akan dilakukannya bersama dukungan para rekannya di Oi.

Disamping itu, dia juga akan melakukan penguatan peran Oi ke keormasannya yang nir-politik, pengembangan koperasi, hingga dukungan dan penghargaan kepada para sponsor Oi.

Di penghujung gelaran Munas masih mengamanatkan delapan orang anggota Oi yang dipilih sebagai formatur, untuk membantu Sonny, membentuk kelengkapan organisasi membantu tugas-tugasnya sebagai ketua yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar