Sabtu, 21 November 2009

Idealisme OCC, Bukti Eksistensi Yang Mesti Dipertahankan


ebagai salah satu organ independen di Oi, Oi Crisis Center (OCC) sudah membuktikan kiprahnya hadir di tengah-tengah masyarakat korban bencana yang membutuhkan uluran tangan dari para relawan. Oleh karena itu, tak berlebihan kiranya, jika OCC diharapkan terus hadir menggenapi keberadaan Oi.

Didit, Pimpinan OCC kepada iwanfals.co.id mengakui ketika bencana gempa Padang terjadi, tak berapa lama pihaknya merespon dengan memberangkatkan personil OCC, tepatnya dua hari setelah kejadian gempa Padang, setelah sebelumnya sebuah rapat persiapan digelar malam harinya.


OCC tampaknya memang tidak ingin lambat dalam merespon bencana. Terutama karena banyak korban gempa yang sedang benar-benar membutuhkan pertolongan saat itu.

Rencanannya, OCC tetap akan dipertahankan keberadaannya di Padang, hingga awal November, hingga tuntas masa pemulihan tahap pertama. Bahkan OCC berencana mengoptimalkan bantuannya, berkoordinasi dengan Satkorlak PB I, Satkortlak PB II, agar bisa membantu mendistribusikan logistik di lapangan.

Dari pengalamannya, Didit mengeluhkan banyaknya bantuan yang datang ke Padang, namun tidak tepat sasaran. Dicontohkannya, bantuan yang datang terutama makanan, ternyata banyak yang kadaluarsa. Disamping itu, dia juga mengeluhkan banyak lembaga bantuan yang menyalurkan langsung bantuannya ke para korban, hingga penyaluran bantuan jadi simpang siur.

Selain itu, banyak lembaga yang tidak mau berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dalam mengirimkan bantuannya. Ini yang salah satunya membuat bantuan tidak tepat sasaran.

Contoh paling nyata tidak tepatnya bantuan masyarakat terhadap para korban, ada yang mengirim bantuan berupa minyak goreng. Namun sayangnya bagaimana para korban bisa memasak, sementara gas tidak ada.

Padahal, jika lembaga-lembaga tersebut mau meminta data kebutuhan korban dan keluarganya di Puskodalops BNPB di kabupaten dan propinsi, masalah-masalah tersebut tidak bakal terjadi. ”Mereka malas mencari data, itu saja sih yang saya lihat,” tambahnya.

Semenjak awal masa tanggap darurat hingga kini, puluhan relawan OCC diterjunkan untuk melakukan bantuan kepada para korban. Mereka adalah para relawan OCC asal BPK Oi Jakarta, Lampung, Medan, Jambi, dan Bengkulu. Semuanya berjumlah tak kurang 50 orang, di luar BPK Oi Padang yang jumlahnya mencapai 80 orang.

Kerja OCC tidak sekedar menyalurkan bantuan, melainkan juga melakukan pemulihan atau konseling, terhadap para pengungsi. Ini yang menurutnya salah satu bentuk keperdulian lain dari OCC.

Ditambahkan Didit, terkait kendala kerja relawan OCC, di lapangan menurutnya sama sekali tidak ada. Bahkan OCC juga sudah menyalurkan bantuan sekitar Rp 15 juta, yang didonasikan ke para korban.

Bantuan tersebut sepenuhnya disalurkan bagi dukungan transportasi. Hal ini penting karena hampir seluruh NGO, sesudah minggu kedua setelah bencana, sebagian besar sudah pulang ke daerahnya masing-masing.

Keberadaan OCC di Padang, saat ini berada di bawah kendali BNPB. Sehingga, semua kebijakan OCC di lapangan akan selalu dikoordinasikan dengan BNPB. ”OCC tidak bekerja sendiri, melainkan selalu berkoordinasi,” urainya.

Uniknya, bagi sebagian relawan mungkin saja mengalami banyak kendala termasuk kekurangan logistik di lapangan hingga mempengaruhi kerja mereka di lapangan. Namun bagi OCC, menurut Didit justru sebaliknya, pihaknya tak kekurangan sedikitpun.

Apa yang dialami oleh para relawan OCC, ditengarainya merupakan salah satu imbas dari karisma yang baik dari Iwan Fals, yang pribadinya diterima oleh banyak kalangan. ”Sehingga buntutnya kita jadi mudah diterima oleh banyak pihak juga,” urainya.

Di Padang, para relawan OCC disebar ke seluruh wilayah Sumatera Barat. Dengan dua Posko Utama yang berada di Satkorlak PB I, kantor Gubernur, serta berada di Satkorlak PB II, Padang Pariaman. Bahkan, hingga sekarang OCC masih menyalurkan bantuan ke Solok dan Pariaman.

Disamping bertanggungjawab mendistribusikan logistik kepada korban gempa, OCC juga membantu percepatan pulihnya birokrasi. Untuk tugas tersebut disyukurinya, OCC bahkan sudah memperoleh fasilitas pelayanan cepat dari Kabulog Sumbar. ”Sehingga jika pengungsi membutuhkan barang bisa dengan mudah disalurkan,” tambahnya.

Uniknya, Didit merasa tak sepaham akan adanya kabar keterlambatan penyaluran bantuan yang terutama dikarenakan birokrasi penyaluran bantuan yang panjang dan lama.

Sebab menurutnya yang menyebabkan lambannya penyaluran bantuan di awal gempa Sumbar, terutama karena kapal logistik dari pelabuhan Tanjung Priok, di tengah laut mengalami badai. Sehingga kapal-kapal tersebut tidak bisa segera bersandar ke Pelabuhan Teluk Bayur.

Ikhwal kabar yang meresahkan, kelambatan bantuan karena birokrasi yang sulit, bahkan Humas Padang Pariaman dan Humas Kegubernuran SUMBAR, juga pernah meminta bantuan OCC untuk menjawab berita-berita yang bersumber dari salah satu stasiun TV. ”Karena kejadiannya memang faktor alam, ya itu tadi kapal yang tak bisa segera bersandar karena ada badai, bukan yang lainnya,” tambahnya.

OCC menurut Didit, sengaja berkonsentrasi menangani korban gempa terutama pada bidang transportasi. Ini karena menurut pertimbangan, dari sekian banyak relawan yang datang ke Padang, tidak banyak yang peduli dengan masalah transportasi.

Padahal menurutnya, transportasi inilah yang paling penting. Dishub Sumbar sendiri menurutnya mengakui hanya memiliki lima buah truk yang dibagikan ke delapan kabupaten. ”Bisa dibayangkan sulitnya menangani para korban gempa dengan armada truk yang minim,” tambahnya.

Selain OCC, salah satu lembaga besar lain yang peduli dengan transportasi adalah IOM (International Organization for Migration). Lembaga tersebut bahkan menyewa hingga 50 truk selama satu bulan setelah gempa.

Diakuinya, dukungan dari Iwan Fals sendiri, sangatlah berarti. Iwan menurutnya memiliki perhatian yang sangat besar, terhadap bencana dan keterlibatan OCC sebagai relawan. Setiap harinya, Didit menyatakan bahwa Iwan selalu berkoordinasi dengan OCC. Bahkan, menurutnya Iwan selalu berpesan dan menegaskan, agar keberadaan OCC jangan sampai membuat susah orang.

Selanjutnya, menurut Digo, Ketua BPP Oi, keberadaan OCC saat ini mutlak dan mesti terus ada. Karena banyak orang yang masih mengedapankan idealismenya. Dia juga mengiyakan, keberadaan OCC jadi semakin penting manakala semakin seringnya, bencana terjadi di seluruh Indonesia.

Oleh karena itu, dia mengaku sangat percaya, jika OCC bertahan dengan idealismenya, OCC akan tetap eksis. Dia bahkan menyatakan, boleh saja ada perubahan di kepengurusan, namun secara kelembagaan sebaiknya OCC memang mesti terus ada.

Bahkan, dia menilai para rekan OCC-nya diakuinya cukup berani menggunakan nama Oi Crisis Center (OCC). Saat ini, OCC adalah lembaga non departemen yang berdiri sendiri. Bahkan kedepannya, OCC diharapkan akan bersandar ke Basarnas, atau ke BNPB. Karena yang terpenting adalah ”semangat untuk bekerja”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar